BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semakin
berkembangnya IPTEK juga berpengaruh terhadap penemuan-penemuan para ahli dan
peneliti tentang berbagai jenis makhluk hidup dari makhluk hidup uniseluler
sampai yang multiseluler. Makhluk hidup tersebut tidak dikelompokkan dalam satu
kingdom melainkan dikelompokkan ke dalam beberapa kingdom sesuai dengan
ciri-cirinya masing-masing.
Selain
penemuan-penemuan makhluk hidup dan pengelompokkannya itu, juga ditemukan
beberapa keuntungan dan kerugian dari makhluk hidup yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit, dan ada makhluk hidup yang tidak menyebabkan penyakit.
Beberapa organisme yang menyebabkan penyakit yang merugikan inangnya termasuk
ke dalam golongan parasit, dalam parasit terdapat dua jenis bahasan yaitu cacing
dan protozoa.
Protozoa merupakan organisme uniseluler atau organisme bersel satu
yang mana seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut.
Protozoa ada yang hidup secara bebas, komensalisme/mutualisme dan ada pula yang
hidup secara parasit. Organisme parasit merupakan organisme yang hidupnya
selalu merugikan organisme yang ditempatinya (Sofa, 2008).
Protozoa
parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam
jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi
manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada
umumnya. Protozoa yang bersifat parasit
pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa.
Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa
berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies
penting terutama bagi kesehatan dan salah satunya adalah Leishmania Tropica
yang merupakan penyebaba penyakit Leishmaniasis kulit atau yang biasa dikenal
dengan penyakit Oriental Sore.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Leishmania sp?
2. Bagaimana
morfologi Leishmania sp. ?
3. Bagaimana
siklus hidup Leishmania
sp. ?
4.
Bagaimana diagnosaa laboratorium terhadap penyakit
yang disebabkan oleh Leishmania sp.?
5.
Bagaimana distribusi Geografis Leishmania sp. ?
6.
Bagaimana usaha pencegahan penyakit yang disebabkan
oleh Leishmania sp ?
7.
Bagaimana pengobatan penayakit yang disebabkan oleh Leishmania sp.?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Leishmania sp
2.
Untuk mengetahui morfologi Leishmania
sp.
3.
Untuk mengetahui siklus hidup Leishmania sp.
4.
Untuk mengetahui diagnosaa laboratorium terhadap
penyakit yang disebabkan oleh Leishmania
sp.
5.
Untuk mengetahui distribusi Geografis Leishmania sp.
6.
Untuk mengetahui usaha pencegahan penyakit yang disebabkan
oleh Leishmania sp
7.
Untuk mengetahui pengobatan penayakit yang disebabkan
oleh Leishmania sp.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Leishmania sp.
Leishmania sp. adalah parasit
penyebab penyakit Leishmaniasis yaitu
penyakit kulit dan selaput lender . Protozoa ini hidup sebagai parasit obligatif intraseluler pada manusia dan
beberapa jenis mamalia. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini dimulai dengan tumbuhnya papula (bintil) yang membesar dan pada
akhirnya menjadi ulkus puru (luka bernanah) tidak terasa sakit (nyeri). lesi bisa berjumlah satu atau banyak, kadang-kadang nonulcerative dan
menyebar. Lesi dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan, terkadang dapat bertahan setahun atau lebih. Pada orang
tertentu dengan infeksi jenis parasit tertentu (terutama dari belahan bumi
bagian barat) penyakit ini dapat menyebar dan menyebabkan lesi pada mukosa
(espundia) muncul, walaupun bertahun-tahun setelah ulkus di kulit sebagai
penyakit primer telah sembuh. Gejala sisa dapat mengenai jaringan
nasopharyngeal, ditandai dengan kerusakan jaringan secara progresif dan
seringkali pada jaringan tersebut ditemukan adanya parasit serta dapat
menimbulkan kecacatan. Setelah penyembuhan, ulkus pada kulit dapat kambuh
kembali sebagai ulkus, papula, atau nodula yang muncul dekat atau pada ulcus
yang sudah sembuh.
B. Morfologi Leishmania sp.
1. Parasit
bentuk Leishmania yang khas terdapat dalam hospes Vertebrata adalah suatu
Protozoa kecil berbentuk lonjong, 2-6 kali 1-3 mikron, tanpa flagel atau
membran bergelombang.
2.
Berdekatan dengan ujung posterior
terdapat sebuah inti berbentuk vesikel, lonjong, dan berdinding halus, dengan
kromatin yang letaknya di bawah membran dan sebuah kariosoma yang terletak di
tengah-tengah.
3.
Di sebelah anterior dan miring
(tangensial) terhadap inti, ada sebuah kinetoplas berbentuk benang, besarnya
berbeda-beda dan terdiri atas benda parabasal, rhizoplas, dan bleraroplas
berbentuk titik.
4.
Inti dan kinetoplas mengandung asam
desokribonukleik di dalam sitoplasma terdapat mitokondria, vakuola-vakuola
merah, butir-butir basofil, dan butir-butir volutin yang mengandung asam ribonukleik
di dalam biakan atau di dalam hospes Invertebrata, parasit ditemukan menjadi
beberapa bentuk, yaitu sebagai bentuk Leishmania sampai dengan bentuk
Leptomonas yang khas.
5.
Yang terakhir ini dilengkapi dengan sebuah
flagel anterior yang panjang, halus, dan bentuknya bervariasi dari bentuk
piriform sampai bentuk yang menyerupai kumparan panjang dan langsing, ukurannya
14-20 mikron kali 1,5-4 mikron.
C. Siklus Hidup Leishmania sp.

Keterangan :
1. Sandfly menggit kulit manusia dan
mengenfeksikan fase promastigote pada
protozoa ke dalam minang.
2. Macrophage akan memphagositosit promastigote
3. Di dalam Macrohage,promastogote akan
berkembang menjadi Amastigote
4. Amastigote
terus memperbanyak diri di dalam sehingga macrophage pecah dan terjadi
penyebaran pada macrophage lain.
5. (Fase pada Sandfly)Sandfly minggigit manusia yang
terinfeksi,tahap amastogote di manusia.
6. Berkembangbiak dan
bertambah banyak di usus lalat pasir.
7. Amastigote kemudian
akan berkembang ke tahap selanjutnya yaitu tahap promastigote di dalam midgut.
8. Dari midgut akan masuk menuju kelenjar ludah sandfly.
Siklus
hidup Leishmania adalah identik
dengan parasit terkait lainya dari jenis yang sama dan meliputi baik sebuah
amastigote dan tahap promastigote.
Pasir lalat menyuntikkan tahap infektif promastigote. Tahap promastigote
dianggap bagian dari tahap infeksi, di mana lalat pasir menginfeksi host dengan
parasit melalui makan. amastigote ini merupakan bagian dari jaringan tahap di
mana parasit mengubah setelah ditelan oleh makrofag seorang.
D. Diagnosa Laboratorium
Diagnosa dilakukan dengan ditemukannya protozoa nonmotile secara
mikroskopis sebagai bentuk intraseluler (amastigote) dari specimen yang dicat
dan diambil dari lesi atau melalui pembiakan bentuk ekstraseluler motil
(promastigote) pada media yang sesuai. Tes intra dermal (Montenegro)
dengan antigen yang berasal dari promastigotes (tidak ada di Amerika Serikat)
umumnya memberi hasil positif pada penyakit yang sudah jelas; tidak memberikan
hasil yang nyata pada lesi yang sangat dini atau pada penyakit anergis. Tes
serologis (IFA atau ELISA) dapat dilakukan tetapi titer antibody biasanya
rendah atau tidak dapat terdeteksi sama sekali, sehingga tidak berguna dalam
menegakkan diagnosa (kecualia untuk leishmaniasis selaput lender). Identifikasi
spesies membutuhkan tes biologis (dibiakkan pada lalat pasir, dibiakkan pada
media biakan atau pada hewan), tes imunologis (monoclonal antibodies), tes
molekuler (teknik DNA) dan tes criteria biokimiawi (analisis isoenzim).
E.
Distribusi
Geografis Leishmania sp.
Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Leishmania sp (leishmaniasis) menyebar di mana-mana (kosmopolit). Penyakit ini tersebar di Pakistan, India dan baru-baru ini ditemukan di
Cina, Timur Tengah, termasuk Iran dan Afganistan; Bagian Selatan bekas Uni
Soviet, pesisir Mediterania; daerah Sub Sahara padang rumput Afrika dan Sudan,
dataran tinggi Etiopia, Kenya, Namibia, bagian Selatan Texas, Meksiko
(khususnya Yucatan), seluruh Amerika Tengah, Republik Dominika dan semua Negara
Amerika Selatan kecuali Chili dan Uruguay. Bentuk nonulcerative menyerupai
keloid telah ditemukan dengan peningkatan frekeuensi kejadian di Amerika Tengah
khususnya Honduras yang disebut leishmaniasis kulit atipikal . Terjadi
peningkatan insidensi leishmaniasis difusa di Mexico dan Republik Domonika. Di
beberapa tempat di belahan bumi bagian timur penduduk kota termasuk
anak-anak mempunyai risiko terancam penyakit ini. Di Belahan Bumi Bagian Barat
penyakit ini biasanya terbatas menimpa kelompok pekerja, seperti mereka yang
bekerja di hutan, tinggal di hutan atau dekat hutan, dan pendatang dari
Negara nonendemis. Umumnya penyakit ini banyak ditemukan di daerah pedesaan,
pedalaman, daripada daerah perkotaan.
F.
Usaha
Pencegahan Penyakit yang Disebabkan oleh
Leishmania sp.
Upaya pencegahan berbeda dari
satu tempat ke tempat lain, tergantung kepada kebiasaan dari hospes
mamalia dan bionomic vector phlebotomine. Begitu kebiasaan hospes
ini diketahui, maka langkah pencegahan yang tepat dapat dilakukan yang
meliputi:
1) Lakukan deteksi kasus secara sistematis dan obati penderita yang ditemukan
secara dini untuk semua bentuk leishmaniasis dan merupakan salah satu cara
penanggulangan terpenting untuk mencegah lesi selaput lender memburuk, di
belahan Bumi bagian Barat dan mencegah bentuk “recidivans” di belahan
Bumi bagian Timur, pada situasi dimana reservoir penyakit terutama atau hanya
manusia.
2) Gunakan insektisida yang mempunyai dampak residual
secara rutin. Lalat pasir phlebotomine mempunyai jarak terbang yang
relative pendek dan sangat rentan untuk ditanggulangi dengan penyemprotan
secara sistematis menggunakan insektisida yang bersifat residual. Penyemprotan
harus meliputi bagian dalam dan bagian luar pintu dan lubang angina lainnya
jika penularan terjadi di pemukiman. Tempat-tempat lain di Belahan Bumi bagian
Timur yang mungkin menjadi tempat berkembangbiaknya lalat pasir seperti
dinding/tembok batu, kandang hewan dan tumpukan sampah harus juga disemprot.
Menghalangi (menapis) vector dengan menggunakan kelambu dengan 10-12 lubang
tiap cm2 atau 25-30 lubang per inci persegi, dengan ukuran lubang
tidak lebih dari 0,89 mm atau 0,035 inci. Saat ini sedang dilakukan uji coba
kelambu yang direndam dengan insektisida.
3) Bersihkan timbunan sampah dan sarang lain untuk
phlebotomines di Belahan Bumi bagian Timur.
4) Musnahkan bintang sejenis tikus dan hancurkan lubang serta sarang mereka
dengan cara menggalinya dalam-dalam. Didaerah tertentu perlu dilakukan
pengawasan terhadap anjing.
5) Di Belahan Bumi bagian Barat, orang agar
menghindari datang ke daerah
yang dihuni oleh lalat pasir seperti daerah yang berhutan, terutama pada waktu
sore hari. Jika harus dating ke tempat tersebut gunakan pakaian pelindung yang
memadai serta gunakan repelan agar terhindar dari gigitan lalat pasir.
6) Lakukan manajemen lingkungan dengan baik dan
bersihkan hutan secara berkala.
Kemitraan antara WHO, lembaga
– lembaga riset di Wilayah ini dan industri farmasi telah membantu dalam
pembuatan alat baru untuk diagnosa dini (‘rk39’) dan (Miltefosine) yang aman
dan paromomycin yang dapat diinjeksi. WHO telah memberikan dukungannya untuk
membangun komitmen politik yang menghasilkan penanda tanganan MOU guna
meningkatkan kerjasama antara negara – negara endemic dan telah melanjutkan
melibatkan pimpinan politik demi kelanjutan komitmen politik. WHO telah
mendirikan Kelompok Penasehat Teknis Regional (RTAG) untuk memberikan bimbingan
teknis terhadap pemberantasan kala azar. WHO menyiapkan rencana strategis
regional dan membantu negara – negara dalam penyusunan rencana tersebut untuk
pelaksanaan dan menuangkan rencana tersebut kedalam dokumen – dokumen proyek.
G.
Pengobatan
Penayakit yang Disebabkan oleh Leishmania
sp.
Pengobatan pada leishmaniasis kulit tergantung pada penyebaran penyakit dan kemungkinan
penyebaran menuju selaput lendir. Obat-obatan antimony seringkali digunakan,
terutama sekali jika penyebaran menuju selaput lendir terjadi. Obat-obatan lain
digunakan termasuk fluconazole atau itraconazole, biasanya digunakan melalui
mulut, dan salep paromomycin. Penyebarluasan luka sulit untuk diobati. Operasi
rekonstruksi kemungkinan diperlukan jika hidung atau wajah rusak, tetapi
operasi harus ditunda 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan, ketika resiko
kambuh seminimal mungkin. Sebagian besar
berupa pentavalent antimonial. Baik sebagai sodium stibogluconate (Pentostam®)
yang ada di Amerika Serikat di CDC Atlanta maupun sebagai meglumine
animonate (Glucantime®), yang digunakan di Amerika Selatan dan di beberapa
tempat lain. Pentamidine digunakan sebagai pengobatan lini kedua untuk
leishmaniasis kulit. Imidazoles, ketoconazole dan itraconazole, mempunyai
efekmoderat sebagai antileishmania untuk pengobatan terhadap spesies leishmania
tertentu. Amphotericin B (Fungizone®) bermanfaat untuk penyakit
leishmaniasis selaput lender di Amerika Selatan bila tidak berekasi terhadap
pengobatan antimonal. Sementara untuk penyakit kulit ringan dapat sembuh dengan
sendirinya. Infeksi yang terjadi di daerah dimana penyakit leishmaniasis
selaput lendir dilaporkan, harus diobati secepatnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leishmania sp. adalah parasit
penyebab penyakit Leishmaniasis yaitu
penyakit kulit dan selaput lender . Protozoa ini hidup sebagai parasit obligatif intraseluler pada manusia dan
beberapa jenis mamalia. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini dimulai dengan tumbuhnya papula (bintil) yang membesar dan pada
akhirnya menjadi ulkus puru (luka bernanah) tidak terasa sakit (nyeri).
Parasit
bentuk Leishmania yang khas terdapat dalam hospes Vertebrata adalah suatu
Protozoa kecil berbentuk lonjong, 2-6 kali 1-3 mikron, tanpa flagel atau
membran bergelombang.
Siklus hidup Leishmania sp
adalah identik dengan parasit terkait lainya dari jenis yang sama dan meliputi
baik sebuah amastigote dan tahap promastigote.
Pasir lalat menyuntikkan tahap infektif promastigote. Tahap promastigote
dianggap bagian dari tahap infeksi, di mana lalat pasir menginfeksi host dengan
parasit melalui makan. amastigote ini merupakan bagian dari jaringan tahap di
mana parasit mengubah setelah ditelan oleh makrofag seorang.
Penyebaran penyakit yang disebabkan
oleh Leishmania sp (leishmaniasis)
menyebar di mana-mana (kosmopolit). Penyakit ini
tersebar di Pakistan, India dan baru-baru ini ditemukan di Cina, Timur Tengah,
termasuk Iran dan Afganistan; Bagian Selatan bekas Uni Soviet, pesisir
Mediterania; daerah Sub Sahara padang rumput Afrika dan Sudan, dataran tinggi
Etiopia, Kenya, Namibia, bagian Selatan Texas, Meksiko (khususnya Yucatan),
seluruh Amerika Tengah, Republik Dominika dan semua Negara Amerika Selatan
kecuali Chili dan Uruguay.
Pengobatan pada leishmaniasis
kulit tergantung pada penyebaran penyakit dan kemungkinan penyebaran menuju
selaput lendir. Obat-obatan antimony seringkali digunakan, terutama sekali jika
penyebaran menuju selaput lendir terjadi. Obat-obatan lain digunakan termasuk
fluconazole atau itraconazole, biasanya digunakan melalui mulut, dan salep
paromomycin. Penyebarluasan luka sulit untuk diobati. Operasi rekonstruksi
kemungkinan diperlukan jika hidung atau wajah rusak, tetapi operasi harus
ditunda 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan, ketika resiko kambuh seminimal
mungkin.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, dan dalam penyusunan makalah
ini tentunya masih terdapat kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran dari
teman-teman dan Dosen sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,
Harold W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia: Jakarta
Safar, Rosdiana.2010.Parasitologi Kedokteran.Bandung.Yrama Widya.
KS,Warren.1993.Immunology
and molecular Biology of Parasitic Infections (third edition).Boston.Blackwell
Scientific Publications.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar